Seiring makin dekatnya pesta demokrasi Indonesia, setiap pasangan capres dan cawapres sangat berhati-hati dalam berperilaku dan berbicara. Lisan yang tidak jelas dan perilaku yang tidak sopan dapat mengurangi elektabilitas. Jika elektabilitas tidak stabil, jalan menuju istana semakin tertutup.
Namun, perlu diperhatikan bahwa bukan hanya pernyataan dan tindakan kandidat presiden dan cawapres yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden, tetapi juga mereka yang mendukung mereka. Elektabilitas kandidat tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kampanye.
Tidak hanya kunjungan calon presiden dan cawapres yang menentukan kualitas kampanye, tetapi juga banyak faktor lain, seperti basis partai pendukung, jaringan relawan, popularitas paslon di daerah, dan kinerja tim.
BACA JUGA : Anies Di Bengkulu Janjikan Jaga Tempat Destinasi Bersejarah
Ada spanduk bertuliskan “Ade Armando Penista UU Keistimewaan Yogyakarta dan Penghina Sejarah Kemerdekaan RI” di beberapa tempat di Jakarta Pusat sejak Selasa. Orang-orang Yogyakarta yang tinggal di Jakarta mencoret foto Ade, yang juga merupakan salah satu pasangan calon presiden yang sukses, dengan tanda silang berwarna merah.
Masyarakat Yogyakarta yang marah ini mungkin membuat orang lain marah juga. Dimulai dengan Ade Armando sendiri, PSI sebagai partai yang mendukungnya, dan Prabowo-Gibran sebagai kandidat presiden dan cawapres yang mendukungnya, citra negatif akan terus menyebar.
Walaupun Ade telah meminta maaf dan PSI telah menegur keras, citra negatif tetap sulit dihilangkan.
Salah satu cara untuk menghilangkan cintra negatif ini dengan cepat adalah dengan memecat Ade Armando sebagai kader PSI. Dengan dipecat, Ade tidak akan memiliki hubungan lagi dengan PSI dan Prabowo-Gibran, yang dapat mempercepat pemulihan reputasi keduanya.
BACA JUGA : Kunjungi Ponpes Aceh, Cak Imin Bicara Wacana Menteri Bidang Pesantren