Pasang Iklan Bisnis Anda di Detikheadline.com

Geger ‘Geng Tai’ Anak Vincent, Kenapa Anak Bisa Jadi Pelaku Perundungan?

Viral di media sosial dugaan kasus perundungan sekelompok siswa sekolah menengah atas (SMA) bernama ‘Geng Tai’ yang disebut-sebut melibatkan anak Vincent Rompies. Siswa yang menjadi korban disebut mengalami luka dan dirawat di rumah sakit.
“Sudah dilakukan cek TKP dan sekarang masih dilakukan penyelidikan oleh penyidik unit PPA Polres Tangsel,” beber Kasie Humas Polres Tangsel Iptu Wendy Afrianto.

Kasus perundungan atau bullying ini bukanlah yang pertama kali menghebohkan jagat maya. Lantas, mengapa anak bisa menjadi pelaku perundungan?

Dikutip dari laman UNICEF, anak-anak yang melakukan intimidasi biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, misalnya anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer.

Baca Juga : Benarkah Orang Tersambar Petir Bisa Selamat Jika Ditimbun Tanah? Dokter Bilang Gini

Penelitian menemukan ada beberapa alasan anak menjadi pelaku perundungan. Anak-anak yang mendapat sedikit kehangatan atau perhatian orang dewasa, disiplin yang tidak konsisten dan sering mendapat hukuman fisik di rumah mereka sendiri, kemungkinan besar akan menjadi penindas.

“Untuk waktu yang lama, dalam literatur penelitian, kami berpikir hanya ada satu jenis pelaku intimidasi: seorang anak yang sangat agresif yang memiliki masalah harga diri yang mungkin berasal dari rumah tangga yang penuh kekerasan atau rumah tangga yang diabaikan,” kata Dorothy Espelage, seorang profesor ilmu pendidikan di Universitas North Carolina di Chapel Hill kepada BBC.

Alasan anak menjadi pelaku bullying
1. Popularitas
Seringkali, anak-anak menjadi pelaku perundungan demi popularitas. Mereka akan mengolok-olok anak yang kurang populer agar mendapatkan perhatian. Mereka juga mungkin menindas orang lain untuk menurunkan status sosial orang lain
2. Kekuasaan
Remaja yang ingin memegang kendali atau mempunyai kekuasaan rentan terhadap penindasan. Hal ini mungkin terjadi karena mereka tidak merasakan kekuasaan apa pun dalam kehidupan mereka, sehingga memperoleh kekuasaan dalam interaksi sosial menjadi lebih menarik.

Para remaja ini mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang lain hanya jika mereka mau. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan, mereka mungkin akan melakukan intimidasi. Remaja yang melakukan agresi relasional mungkin juga sedang mencari kekuasaan.

Loading

Silahkan Telusuri

OSO: Dokter dan Fasilitas Dibandingkan Dengan Luar Negeri

JAKARTA, DetikHeadline – Menurut Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO), kemampuan dokter untuk …

Leave a Reply