Pasang Iklan Bisnis Anda di Detikheadline.com
Rektor Universitas Pancasila Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, IPU

‘Security Risk Assessment’ Dinilai Penting Untuk Waspadai Serangan Siber Ransomware

JAKARTA, DetikHeadline – Menurut Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Rektor Universitas Pancasila, IPU, penilaian risiko keamanan sangat penting untuk mencegah serangan siber ransomware.

“Di dunia keamanan komputer tidak ada sistem yang dijamin keamanannya, oleh sebab itu pentingnya security awareness culture,” kata Marsudi Wahyu Kisworo.

Sebelum sebuah sistem beroperasi, evaluasi risiko keamanan harus dilakukan, kata Marsudi Wahyu Kisworo, seorang pakar keamanan siber dan Guru Besar Bidang IT, membahas masalah dan solusi untuk memulihkan dan menjaga keamanan pusat data nasional.

Penilaian ini mengidentifikasi semua aset strategis dengan kelemahannya (kelemahan). Kemudian dibuat perencanaan pengamanan yang mencakup langkah-langkah untuk mencegah (deter), menolak (defend), dan menemukan (detect) serangan tersebut.

“Langkah ini semakin diperlukan mengingat sekitar 20 persen kejahatan siber dilakukan dengan modus ransomware, yaitu penyanderaan data dengan teknik enkripsi sehingga pemilik data tidak lagi dapat mengakses data maupun seluruh isi dalam media penyimpanan, karena data tersebut dikunci dan hanya si penjahat yang memegang kuncinya,” jelasnya.

Penjahat akan menuntut pemilik data untuk membayar sejumlah uang, dan setelah pembayaran selesai, penjahat akan memberikan kunci dan melepaskan data ke pemiliknya.

Di Amerika Serikat, peretasan virus Ransomware dianggap sama dengan terorisme.

“Saya rasa kita di Indonesia juga perlu mempertimbangkan hal tersebut dan oleh karena itu saya setuju bahwa dalam kasus PDN ini, saya setuju bahwa pemerintah jangan membayar atau mengikuti kemauan dari para teroris,” katanya.

Prof. Marsudi mengatakan bahwa sebagai antisipasi jangka panjang, kita harus mengajarkan mahasiswa tentang kejahatan siber ini. Ini akan membuat sumber daya manusia Indonesia lebih terampil ke depannya.

Misalnya, mata kuliah kejahatan siber dapat dimasukkan ke dalam kurikulum jurusan IT Universitas Pancasila atau dapat menjadi mata kuliah peminatan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa Universitas Pancasila dari fakultas Hukum, Ekonomi & Bisnis, Teknik, Pariwisata, Farmasi, Psikologi, dan Komunikasi. Supaya mereka dapat berhati-hati atau bahkan menjadi ahli dalam mengatasi model kejahatan seperti ini di masa depan, katanya.

Baca Juga : Indonesia Miliki Potensi Besar Jadi Negara Adidaya Energi Hijau

Loading

Silahkan Telusuri

Ma’ruf Amin: Masalah Palestina Bukan Isu Agama, Tapi Politik Kemanusiaan

JAKARTA, DetikHeadline – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menerima kunjungan Delegasi Biro Komite Palestina PBB …

Leave a Reply